1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Manusia
sebagai makhluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan manusia
yang lain. Setiap bahasa memiliki tata bunyi, tata kalimat, tata paragraf, dan
tata wacana masing-masing, atau dengan kata lain setiap bahasa memiliki sistem
bahasanya sendiri termasuk juga dengan bahasa Indonesia. Hal tersebut tentu
menjadi masalah bagi pembelajar bahasa khususnya pembelajar bahasa Indonesia.
Sistem bahasa Indonesia yang berbeda dengan sistem bahasa ibu yang sering
dipakai oleh pembelajar bahasa merupakan salah satu penyebab terjadinya
kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara
lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi
atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata
bahasa Indonesia (Setyawati, 2010:10).
Diskusi kelompok merupakan salah
satu metode pembelajaran yang banyak digunakan dalam proses pembelajaran.
Metode pembelajaran ini banyak diterapkan mulai dari sekolah dasar sampai
dengan sekolah tinggi. Metode ini banyak diminati karena dalam prosesnya
dinilai sangat efektif untuk membangkitkan minat belajar siswa. Siswa tidak
harus selalu menerima materi dari guru, namun siswa secara berkelompok mencari
materi dan mempresentasikannya di depan kelas. Metode diskusi juga membuat
siswa lebih berani untuk menyampaikan pendapatnya.
Sebagai sebuah metode pembelajaran,
maka dalam pelaksanaan diskusi kelompok pemateri maupun peserta haruslah
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun dalam praktek diskusi
kelompok khususnya pada diskusi kelompok yang dilakukan oleh mahasiswa program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2009 terjadi beberapa
kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa tersebut antara lain kesalahan
berbahasa tataran fonologi,morfologi, dan sintaksis.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah bentuk-bentuk kesalahan
berbahasa mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2009 dalam proses diskusi kelompok
2.
Bagaimanakah seharusnya penggunaan
bahasa yang benar dalam proses diskusi
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk
mendeskripsikan bentuk-bentuk kesalahan berbahasa mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2009 dalam proses diskusi
kelompok. Selain untuk mengetahui bagaimana seharusnya bentuk bahasa yang
digunakan dalam proses diskusi kelompok.
2.
Landasan
Teori
Penggunaan bahasa yang tidak
sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi atau penggunaan bahasa yang
tidak sesuai dengan norma kemasyrakatan bukanlah berbahasa Indonesia dengan
baik. Berbahasa Indonesia yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa
Indonesia merupakan berbahasa yang tidak benar. Jadi, kesalahan berbahasa
adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari
faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan
dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.
Kesalahan berbahasa dapat
terjadi karena tiga kemungkinan antara lain sebagai berikut:
1.
Terpengaruh bahasa yang dikuasai
terlebih dahulu,
2.
Pemakai bahasa kurang memahami kaidah-kaidah bahasa yang dipakainya,
3.
Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau
kurang sempurna.
Menurut Tarigan (dalam
Setyawati, 2010:13) kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat
diklasifikasikan menjadi:
1.
Berdasarkan tataran linguistik, dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi,
sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana,
2.
Berdasarkan kegiatan berbahasa atau
keterampilan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis,
3.
Berdasarkan sarana atau jenis bahasa
yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan secara
tertulis,
4.
Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut
terjadi dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena interferensi,
dan
5.
Kesalahan berbahasa berdasarkan
frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang
paling sering, sering, sedang,kurang, dan jarang terjadi.
Kesalahan berbahasa Indonesia
dalam tataran fonologi dapat terjadi baik penggunaan bahasa secara lisan maupun
tertulis. Sebagian besar kesalahan berbahasa Indonesia dalam tataran fonologi
berkaitan dengan pelafalan. Kesalahan pelafalan meliputi: kesalahan pelafalan
karena perubahan fonem, kesalahan pelafalan karena penghilangan fonem, dan
kesalahan pelafalan karena penambahan fonem.
Kesalahan berbahasa dalam
tataran morfologi adalah kesalahan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.
Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh berbagai hal.
Klasifikasi kesalahan berbahasa tataran morfologi antara lain: penghilangan
afiks, bunyi yang seharusnya luluh tapi tidak diluluhkan, peluluhan bunyi yang
seharusnya tidak luluh, penggantian morf, penyingkatan morf, pemakaian afiks
yang tidak tepat, penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, penempatan afiks
yang tidak tepat pada gabungan kata, dan pengulangan kata majemuk yang tidak
tepat.
Ramlan (dalam Setyawati,
2010:53) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa
yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Kesalahan
dalam tataran sintaksis antara lain berupa: kesalahan dalam bidang frasa dan
kesalahan dalam bidang kalimat.
3.
Pembahasan
Terdapat beberapa
kesalahan berbahasa dalam proses diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2009. Berikut akan disajikan
beberapa data, analisis kesalahan, serta pembenaran terhadap kesalahan
berbahasa ketika proses diskusi berlangsung.
I.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Fonologi
a. Perubahan
fonem vokal
Data 1:
“Mungkin dari temen-temen
ada yang ingin ditanyakan mengenai mitos
penciptaan?”
Pada kalimat di atas
kata” temen-temen” mengalami
perubahan fonem vokal yaitu fonem “a” dilafalkan menjadi fonem “e” sehingga
menyebakan pelafalan tersebut tidak baku. Pelafaln yang baku adalah “teman-teman”. Kalimat yang benar
adalah: ”Mungkin dari teman-teman ada yang ingin ditanyakan mengenai mitos
penciptaan?”
Data 2:
“Pinter-pinter
semua ya jadi tidak ada yang ditanyakan pada kelompok
kami?”
pada kata “pinter-pinter” terdapat perubahan
pelafalan fonem yaitu fonem “a” dilafalkan menjadi fonem “e” sehingga
menyebabkan pelafalan kata tersebut tidak baku. Pelafalan kata yang seharusnya
dipakai dalam kalimat tersebut adalah “pintar-pintar”.
Jadi, kalimat yang benar adalah “Pintar-pintar semua ya jadi tidak ada yang
ditanyakan pada kelompok kami.”
Data 3:
“Pada Interferensi sintakses
terdapat kalimat nanti malam dinner ya?”
Pada kata “sintakses” terdapat perubahan
pelafalan fonem “i” menjadi “e” sehingga mengakibatkan pelafalan kata tersebut
tidak baku. Pelafalan kata yang seharusnya dipakai dalam kalimat terseut adalah
“sintaksis”. Jadi kalimat yang benar
adalah “Pada interferensi sintaksis terdapat kalimat nanti malam dinner ya?”
b. Penambahan
fonem Konsonan
Data 1:
“Cobak kita
perhatikan sambutan-sambutan yang ada pada acara pernikahan dengan yang ada pada acara kematian...”
Pada kata “cobak” terdapat kesalahan pelafalan
yaitu penambahan fonem “K” sehingga menjadikan pelafalan kata tersebut tidak
baku. Seharusnya kata tersebut dilafalkan “coba”.
Jadi, kalimat yang benar adalah ““Coba kita
perhatikan sambutan-sambutan yang ada pada acara pernikahan dengan yang ada
pada acara kematian...”
Data 2:
“Saya mau tanyak
tentang perbedaan contoh interferensi morfologi
dengan campur kode...”
Pada kata “tanyak” terdapat kesalahan pelafalan
yaitu diakhir kata terdapat penambahan fonem “k” sehingga menyebabkan pelafalan
menjadi tidak baku. Pelafalan yang baku dari kata tersebut adalah “tanya”. Jadi, kalimat yang benar
adalah ““Saya mau tanya perbedaan
contoh interferensi morfologi dengan campur kode...”
c. Penghilangan
fonem vokal
Data 1:
“Karna kita
tahu agama Hindu adalah agama yang ada di Indonesia
pertama kali, maka...”
Pada kata “karna”
terdapat kesalahan pelafalan yaitu terdapat penghilangan fonem “e” sehingga
menyebabkan pelafalan tidak baku. Pelafalan yang baku dari kata tersebut adalah
“karena”. Jadi, kalimat yang benar
adalah “Karena kita tahu agama Hindu
adalah agama yang ada di Indonesia pertama kali, maka...”
Data 2:
“Kurang lebihnya kami mohon maaf, salamualaikum wr.wb.”
Terjadi penghilangan
fonem “a” pada kata “salamualaikum” sehingga
menyebabkan pelafalan kata tersebut tidak baku. Pelafalan kata yang baku dalam
kalimat tersebut adalah “asalamualaikum”.
Maka kalimat yang benar adalah “Kurang lebihnya kami mohon maaf, Asalamualaikum wr.wb.”
d. Penghilangan
fonem vokal rangkap menjadi vokal tunggal
Data:
“Contohnya kalo kita
meminta uang kepada orang tua pada awalnya
kita melakukan basa-basi.”
Pada kata “kalo” terdapat kesalahan pelafalan
fonem vokal rangkap “au” dilafalkan menjadi “o” sehingga pelafalan kata
tersebut menjadi tidak baku. Pelafalan kata yang baku pada kalimat di atas
adalah “kalau”. Sehingga kalimat
yang benar adalah “Contohnya kalau kita
meminta uang kepada orang tua pada awalnya kita melakukan basa-basi.”
II.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Morfologi
a.
Penghilangan prefiks ber-
Data:
“Saya mau tanyak
tentang perbedaan contoh interferensi morfologi
dengan campur kode.”
Pada tataran fonologi
kata “tanyak” merupakan kata yang
mengalami penambahan fonem konsonan dalam pelafalannya. Sedangkan pada tataran
morfologi kata “tanyak” mengalami
penghilangan prefiks ber- sehingga merupakan bentuk kata yang tidak baku dalam
penggunaan di dalam sebuah kalimat. Kata “tanyak” merupakan predikat dari
kalimat di atas. Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku, dalam
predikat tersebut harus dieksplisitkan prefiks ber-, yaitu “bertanya”. Jadi, kalimat yang benar
adalah “Saya mau bertanya tentang
perbedaan contoh interferensi morfologi dengan campur kode.”
b.
Penyingkatan prefiks meN-
Data:
“Iya memang sama, tapi contohnya nyari sendiri.”
Pada kata “nyari”
terdapat kesalahan yaitu penyingakatan morf meN-
sehingga mengakibatkan kata tersebut tidak baku. Hal ini terjadi karena
pengaruh dari bahasa ibu yang sering mereka pakai. Penyingkatan tersebut
sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Sehingga kata
yang baku adalah meN+cari = mencari.
Jadi, kalimat yang benar adalah “Iya
memang sama, tapi contohnya nyari sendiri.”
III.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis
a.
Adanya pengaruh bahasa daerah
Data 1:
“Kalau untuk masalah keren ndak
papa ya? Kita kan masih muda.”
Dalam ragam baku kata
yang bercetak tebal di atas merupakan bentuk pemakaian frasa yang salah. “Ndak papa” merupakan frasa yang
terpengaruh oleh frasa dalam bahasa Jawa yaitu “Gak popo”. Sehingga frasa yang tepat untuk digunakan dalam kalimat
di atas adalah “tidak apa-apa”. Kalimat
yang benar adalah “Kalau untuk masalah keren tidak apa-apa ya? Kita kan masih muda.”
Data
2:
“Kalau menurut saya, misalnya ngasih contoh itu...”
Terdapat kesalahan
dalam frasa yang bercetak tebal di atas. Frasa “ngasih contoh” merupan frasa yang terpengaruh oleh bahasa Jawa
yaitu “Nge’i conto” sehingga
mengakibatkan kalimat tersebut tidak baku. Frasa yang baku adalah “memberi contoh”. Jadi, kalimat yang
benar adalah “Kalau menurut saya, misalnya memberi
contoh itu...”
4.
Penutup
4.1 Kesimpulan
Pada proses diskusi kelompok yang
dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia angkatan 2009
terdapat kesalahan berbahasa tataran
fonologi, morfologi dan sintaksis. Bentuk-bentuk kesalahan berbahasa tataran
fonologi meliputi:
a. Perubahan
fonem vokal
Kata tidak baku Kata Baku
temen-temen Teman-teman
pinter-pinter Pintar-pintar
sintakses Sintaksis
b. Penambahan
fonem konsonan
Kata tidak baku Kata baku
Cobak Coba
Tanyak Tanya
c. Penghilangan
fonem vokal
Kata tidak baku Kata baku
Karna Karena
Salamualaikum Assalamualaikum
d. Penghilangan
fonel vokal rangkap menjadi fonem tunggal
Kata tidak baku Kata baku
Kalo Kalau
Bentuk-bentuk kesalahan berbahasa tataran
morfologi dalam proses diskusi meliputi penghilangan prefiks ber- pada kata “tanya” yang seharusnya
“bertanya” dan penyingkatan prefiks meN-
pada kata “nyari” yang seharusnya adalah “mencari”. Sedangkan kesalahan pada
tataran sintaksis adalah kesalahan karena adanya pengaruh bahasa daerah yaitu
pada frasa “ndak papa” yang seharusnya adalah “tidak apa-apa” dan pada frasa
“ngasih contoh” yang seharusnya adalah “memberi contoh”.
4.2 Saran
Sebagai
seorang mahasiswa seharusnya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam
proses pembelajaran berlangsung. Tidak sepatutnya jika mahasiswa program studi
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia menggunakan bahasa Indonesia yang tidak
seharusnya digunakan dalam proses pembelajaran. Mahasiswa yang merupakan calon
guru tidak seharusnya menggunakan bahasa yang tidak benar, karena akan
berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak didiknya kelak. Maka, mulai dari
sekarang para mahasiswa diharapkan memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Daftar
Pustaka
http://ebsoft.web.id/kbbi-kamus-besar-bahasa-indonesia-offline-gratis/
Setyawati, Nanik. 2010.
Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.
Tarigan, Henry Guntur. 1985.
Pengajaran Morfologi . Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1988.
Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar